PROMISE TO BELIEVE

^ WELCOME ^

Rabu, 29 Desember 2010

A.MI.Go!

“Cold heart baby... Cold eyes baby, let’s go!”

Suara musik sedikit beat menggema di aula sekolah. Seorang gadis sedang memperhatikan gerakan yang ada pada laptop miliknya. Rupanya dia sedang meniru gerakan dalam MV tersebut. Gadis itu mengamati dengan saksama tanpa kedipan. Lalu ia mengulang lagu tersebut dan menirukan gerakannnya. Luwes sekali. Ia bergerak dengan bebasnya seperti seorang penari yang handal.

Nama gadis itu Kia. Seorang gadis bertubuh lumayan tinggi yang sering menguncir kedua rambutnya seperti gadis desa. Ia memiliki tatapan mata tajam dan jernih. Namun sayangnya, mata indah itu ia sengaja lapisi dengan kacamata. Ya, dia memang sedikit rabun jauh akibat posisi membaca yang salah.

Ia tak punya satu teman dekat pun di sekolahnya. Kia tergolong orang yang pendiam tapi jika ada orang yang memintanya untuk menari, ia akan melakukannya dengan senang hati. Ia sangat suka menari. Bukan tarian tradisional tapi tarian modern. Ia sangat terinspirasi oleh boy band-boy band yang menjadi favoritnya. Tarian mereka sangatlah baik.

“Fuuuhh...,” gumamnya. Sepertinya ia mulai kelelahan. Keringat mengucur deras di pelipisnya. Ia melepas topi yang ia kenakan.

“Capek? Bagus juga gerakanmu...”

Kia sontak mencari sumber suara tersebut. Ia melihat tiga orang yang tidak ia kenal berdiri tak jauh darinya. Mereka tersenyum. Seseorang tiba-tiba menghampirinya dan memeluknya dari samping. Kia buru-buru menepis tangannya. Ia memang takut terhadap anak laki-laki. “Mau apa?”

“Kita juga bisa kok nge-dance. Mau kerjasama?” ujar salah seorang. Ia terlihat ramah. “Namaku Moz, dia Ray dan ini Gin. Kebetulan, kita juga lagi latihan dance yang di lagu ini. Gimana? Mau kerjasama?”

Kia menatap ketiga laki-laki itu. Ia menyembunyikan sorot ketakutannya. “Aku nggak kenal kalian,” setelah berkata itu, Kia memasukkan laptop dan handuknya ke dalam tas lalu pergi dari hadapan mereka.

***

“Heh cupu, ada yang nyari tuh! Orangnya galak-galak deh. Pasti lo ada masalah sama mereka, kan? Kasihan...,” ujar Miga, teman sekelas Kia yang tidak menyukainya. Kia berlalu dengan mulut bungkam.

“Oke, aku mau kerjasama dengan kalian. Tapi untuk apa kita kerjasama?” tanya Kia dengan polosnya ketika ia telah berhadapan dengan ketiga orang yang mendatanginya.

Moz dan Gin tertawa. Gin malah sampai mengeluarkan airmata. Hanya Ray yang tetap diam dan menyunggingkan sedikit senyum remeh. “Aduh, Kia... Kamu aneh. Ya nggak, Moz? Kia inget nggak kalau kamu pernah posting di page-mu kalau kamu pengen banget punya partner dalam menari dan suatu saat bisa ikut audisi terus bisa ngebuktiin ke temen-temen kamu kalau kamu ini bukan orang cupu yang hanya bisa diam saat semua orang mengolok-olok kamu. Inget? Baru-baru ini lagi kamu nge-post...”

Kia berusaha mengingatnya. Akhirnya ia teringat postingan terakhirnya sebelum ia sibuk berlatih dance ini. “Gimana kalian bisa tau?”

“Suatu saat lo pasti ngerti.” Ujar Ray yang baru berbicara saat ini sejak pertama mereka bertemu. Kia memandang Ray dengan curiga. Ia merasa familiar dengan mata Ray. Tatapan itu tajam, ramah namun bisa juga galak.

“Oke, aku terima. Kapan latihan bareng?”

“Pulang sekolah nanti. Bisa?” Moz memastikan. Sepertinya orang itu pimpinan dari ketiga orang itu. Terlihat dari cara bicaranya yang bossy. Tapi dia asyik juga. Nggak kayak Ray yang cuek bebek gitu. Gimana Moz sama Gin koordinasi ya sama orang kayak Ray?

“Well, oke. Kalian sekarang nggak sekolah?”

Gin menggeleng, “Bolos. Hehehe... Mending buat latihan kok daripada sekolah tapi cuma jadi bulan-bulanan guru.” Kia tertawa. Lalu ia melambaikan tangan karena bel telah berbunyi.

***

“Cold heart baby... Cold eyes baby, let’s go! Mannatda banhaetda
Keunyeo-ege banhaetda Cheoeum boneun sexy
.....” lagu yang sama terdengar mengalun di ruang latihan Moz dan kedua temannya. Sesuai kesepakatan, mereka bersama Kia berlatih seusai sekolah. Kia menyetujui tempat latihan mereka kali ini adalah tempat milik ketiga teman barunya. Biasanya, ia berlatih di aula sekolah. Tapi karena hari ini aula digunakan untuk latihan basket, maka Kia dengan senang hati mengikuti Moz, Gin dan Ray.

Selama perjalanan tadi, Kia merasa sudah sangat mengenal mereka bertiga. Ternyata Ray tidak secuek yang Kia kira. Tapi kenapa dia bersikap tidak peduli pada Kia? Padahal ia tidak seperti itu dengan kedua temannya. Aneh.

Tiba-tiba Kia teringat akan tadi sebelum mereka memulai latihan. Saat itu, Moz, Gin, dan Ray sedang bercakap-cakap saat Kia sedang mengganti pakaiannya di sebuah ruangan. Ia sedikit mendengar mereka sedang membicarakan seseorang yang ada hubungannya dengan Ray.

“Ray, lo suka sama dia, kan? Ngaku aja... Gue lihat cara lo mandang dia kok. Seperti sesuatu yang sangat berarti. Kayak permata gitu...”

“Diem deh, Gin. Rese...,” Ray tidak bisa menyembunyikan senyum saltingnya. Dia memang tidak bisa berbohong terhadap kedua temannya itu.

“Hei!” Kia terlonjak kaget ketika seseorang menepuk bahunya dengan satu sentakan. “Kok bengong? Bagian mana yang kamu nggak bisa? Tadi udah lihat gerakan kita, kan? Jangan bilang daritadi kamu bengong!” Gin berkata dengan cerewetnya.

Kia meringis. “Maaf...”

“Iiihh.. ketawa lagi dong! Lucu lho!” Moz spontan mengacak-acak rambut Kia.

“Guys, gue dapet selebaran ini dari temen gue. Ada audisi satu minggu lagi. Hadiahnya lumayan. Mau join?” tawar Ray yang tanpa menatap yang lain. Ia tetap membaca selebaran yang ada di tangannya. Karena tak ada jawaban dari ketiga anak lain, ia mendongak dan melihat apa yang mereka lakukan. Sepertinya mereka sedang berdiskusi. “Gimana?”

“Oke...,” seru ketiganya kompak.

“Sekarang, kita latihan yang serius. Ray, Gin ambil posisi. Kia, kamu dah hafal sebagian dari gerakannya, kan? Bagus. Kalau gitu, Kia kamu di samping Ray.”

Kia menoleh kaget ke arah Moz. “Aku depan? Tapi kan... aku sama sekali nggak bagus. Mending aku sama Gin aja gimana?

Gin menggeleng tegas. “Gini, Kia. Aku sih mau aja kalau kamu sama aku. Tapi kalau gitu, berarti kita ngubah gerakan. Itu justru bakal lama, kan? Jadi, kamu sama Ray aja. Oke? Nggak apa-apa kok. Ray itu anak yang baik sebenernya. Dia nggak bakal makan kamu.” Gin menghentikan perkataannya karena Ray melotot kepadanya.

Kia mengangguk. Latihan pun dimulai.

***

Hari yang mereka nanti akhirnya tiba. Dengan persiapan seadanya, mereka berangkat ke tempat audisi. Satu minggu adalah waktu yang lebih dari cukup untuk mempelajari gerakan mereka. Satu minggu juga merupakan waktu yang cukup untuk membina persahabatan mereka. Terbukti setelah satu minggu ini, mereka bertambah dekat satu sama lain termasuk Ray yang mulai terbuka dengan Kia. Sekarang Ray sudah bisa tertawa seperti biasa di depan Kia. Ia pernah juga sampai menggenggam tangan Kia saat gadis itu hampir terjatuh.

“Untung kita berangkat pagi banget. Nggak sia-sia nih dapet giliran ke lima,” ujar Moz yang mendapat giliran untuk melakukan pendaftaran sedangkan anak lain memilih tempat untuk mereka duduk.

“Gue grogi nih...”

“Nggak boleh grogi. Kita kan nggak pertama ini ikut audisi,” tandas Moz pada Ray.

Kia mengangguk-angguk. “Moz bener, Ray. Aku aja nggak grogi kok. Padahal ini baru pertama kalinya aku ikut audisi lho!”

Ray menoleh kearah Kia. Ia teringat betapa hebatnya gerakan Kia. Tubuhnya sangat lentur. Namun saat melakukan gerakan robot, tubuhnya bisa terlihat sangat kaku. Hebat sekali. “Ki, lo–eh, kamu tau nggak? Gerakan lo-kamu itu bagus banget!” Ray masih sedikit sulit untuk mengubah cara bicaranya agar lebih sopan. Tapi sudah sejak lima hari lalu, ia masih saja sulit untuk mengubahnya karena pada Moz dan Gin pun ia masih menggunakan ‘lo-gue’.

Kia terkekeh, “Udah, lo-gue juga nggak apa-apa kok, Ray. Aku sih nggak masalah. Temen-temen sekolahku juga gitu kok. Gerakan? Bukannya gerakannya itu sama semua, ya? Cara gerak maksudmu?” pertanyaan Kia langsung Ray jawab dengan anggukan. “Bagus? Makasih deh..”

“Eh, audisinya udah mulai. Siap, kan?” ujar Gin memecah keheningan yang tadi sempat tercipta. Ketiganya mengangguk. Mereka lalu menunggu giliran mereka.

***

Tiga minggu kemudian...

Sejak audisi yang membuat mereka bangga akan diri mereka, Moz, Ray, Gin, dan Kia bekerjasama untuk audisi-audisi lain. Walaupun mereka hanya mendapat juara kedua, mereka sangat bahagia dan itu juga sempat melejitkan nama mereka. Akhir-akhir ini, mereka tak sempat latihan karena kesibukan masing-masing. Moz yang memang telah memasuki perguruan tinggi sedang fokus pada tugas-tugas yang diberikan dosen. Ray, Gin, dan Kia sedang menempuh ujian semesteran di sekolah mereka masing-masing. Namun Kia dan Gin sering bertemu untuk belajar bersama karena mereka seumuran. Sedangkan Ray tidak bisa bergabung dengan mereka berdua karena ia setahun lebih tua dari Kia dan Gin.

Hari ini, tes sudah selesai. Ray memutuskan untuk menemui Kia. “Kia, ketemuan yuk! Di taman, oke? Nanti kita ketemu disana. Jam 4. Gue tunggu.”

Setelah sepuluh menit menunggu, akhirnya Kia datang dengan penampilan yang berbeda dari biasanya. Ia mengenakan rok selutut dan kemeja pendek. Rambutnya ia gerai. Ia juga melepas kacamatanya. Sangat cantik.

“Sori. Lama, ya? Tadi kakak gue lambat banget nyupirnya. Sori ya?”

Ray tersenyum. “Nggak apa-apa. Gimana tes lo? Hasilnya pasti bagus, kan?” Ray basa-basi.

“Ada yang bagus, ada juga yang jeblok. Habis waktu itu aku lagi males ngerjain jadi aku malah cari gerakan dance. Hahaha... Oh ya, kenapa ngajakin ketemuan? Bukannya besok kita udah latihan bareng? Kan bisa besok ketemu.”

Bukannya menjawab pertanyaan Kia, Ray justru bertanya sesuatu yang tidak Kia duga. “Lo tau apa arti kata ‘A.Mi.Go’ yang kita pakai buat dance?” Ray memandang kolam di depannya.

“Tau. Jika kamu mencintai seseorang dari kecantikannya saja, maka kamu akan menderita. Ya, kan? Memang kenapa?”

“Sebelumnya gue nggak pernah mandang lo sebagai cewek seperti sekarang ini. Gue suka gadis yang cantik. Gue pernah punya seseorang, gue sayang dia. Dia cewek yang dipuja-puja di sekolah. Gue bener-bener bangga punya dia. She is very beautiful. Tapi, ketika gue lagi sayang banget sama dia, tiba-tiba dia mutusin gue. Gue ngerasa menderita banget!”

Kia sama sekali tidak mengerti akan arah pembicaraan Ray. “Ehm, tapi sekarang udah nggak, kan?” tanya Kia iseng. Soalnya dia nggak tau lagi mau tanya apaan.

“Ki, gue... Gue nggak akan tertipu lagi sama kecantikan orang-orang di luar sana. Karena sekarang gue udah punya orang yang cantik banget hatinya. Orang itu elo... Mau nggak lo jadi cewek gue?” Ray menatap Kia dengan teduh. Ia tahu gadis di hadapannya salting.

“Aku?” tanya Kia kikuk. “Ah, nggak mungkin.” Kia mengibaskan tangannya yang seketika itu di raih oleh Ray.

“Lo nggak percaya?”

Kia menggeleng seketika. “Nggak.”

Ray yang mendengarnya terperangah. Dasar nih anak ngomong asal njeplak aja. Ray kontan sedikit down karena kejujuran Kia. “Apa yang bisa gue lakuin biar lo percaya?”

“Nyemplung kolam. Bisa?” tantang Kia.

Ray berpikir sejenak, ia segera melepas sepatunya.

“Eh, aku becanda, Ray. Oke aku percaya. Aku jawab nantian aja ya biar kamu penasaran. Tapi kalau sekarang kamu bisa ngejar aku, bakal aku jawab saat itu juga.”

Melihat Kia berlari terbirit-birit, Ray tersadar dan mengejar Kia sampai ia dapat. Benar-benar cewek itu unik banget. Sepertinya saat ini dia nggak salah jatuh cinta dengan gadis pendiam tapi ternyata gila itu.

*endendend*

SHINee ::Onew-Jonghyun-Key-Minho-Taemin::

Hei para K-pop lovers.....!! anyeong haseyo.. gue mau bahas tentang boy band yang beberapa hari lalu gue kasih liat fotonya. Yep! They are SHINee. Yuhuuuu!! Give applause. ^^ pertama-tama kita kenalan sama membernya yuk!

Mulai dari yang tertua yaitu Onew alias Lee Jinki. Julukannya yaitu Leader Onew. Dia lahir tanggal 14 Desember 1989. Umurnya sekarang 22 tahun di korea. Kenapa? Karena warga sana itu memang saat di kandungan juga dihitung, jadi selisih satu tahun dengan umur nasional. Kalau umur nasionalnya sih jelas 21 tahun. Menurut gue setelah gue liat dari kelakuan-kelakuannya waktu main di beberapa variety show, dia itu orang yang lucu. Bahkan kelakuannya itu masih kayak anak kecil. Wajahnya juga masih imut-imut gitu. Maka dari itu, member lain seneeeeng banget nggodain Onew. Tapi jangan salah, suara Onew itu bener-bener dah bagus amat. Sampai sekarang satu hal yang pengen banget gue pastiin ada nggak sih keluarga Onew yang dari China, soalnya matanya sipit banget. Apalagi kalau lagi ketawa, kayak nggak punya mata gitu.. hehehe.. piss Oppa!

Next, Jonghyun alias Kim Jonghyun. Dia punya julukan yaitu Bling bling Jonghyun. Dia member tertua kedua setelah Onew. Cowok kelahiran 8 April 1990 ini merupakan Lead Vocal dari SHINee. Gue akui, suaranya juga bagus. Apalagi kalau nada-nada tinggi gitu. Jonghyun termasuk orang yang humoris juga. Apalagi golongan darahnya AB *denger-denger orang yang golongan darah AB itu selera humornya tinggi dan nggilani*. Dia bersama member lain sering ngerjain Hyungnya itu. Menurut pandangan gue, dia itu tipe orang yang nyeplos apa adanya dengan tampang innocent tapi nggak begitu nyelekit. Beda banget sama Key!

Nah ini nih favorit gue. Key alias Kim Kibum. Cowok satu ini punya julukan Almighty Key. Oya, dia pakai nama panggung ‘key’ karena ada banyak orang dengan nama kim kibum. Apalagi ada anak Super Junior yang satu perusahaan dengan dia juga namanya Kim Kibum. Makanya dia ganti nama jadi key. Key lahir tanggal 23 September 1991. Dia termasuk member yang multitalented. Bisa ngerap, dance, suaranya juga nggak kalah bagus. Unik gitu deh! Dia adalah member yang jago masak. Tapi dia sebel kalau nyuci beras, soalnya pasti nggak pernah bisa bersih warnyanya *iyalah oppa emang gitu dari sononya*. Key suka banget sama yang namanya shopping apalagi sama mamanya. Menurut gue, Key adalah orang yang ngomongny asal njeplak, nyelekit tapi tampangnya itu innocent. Wah jahat! He says WHATEVER THE HELL he wants to say. Tapi nggak apa-apa gue tetep kagum sama dia, apalagi dia itu orang yang perhatian sama member lain, apalagi kalau sama Taemin. Udah kayak Ibu sama anak deh!

Choi Minho. Dia punya julukan Flaming Charisma Minho. Dia emang cakep banget sih. makanya dapet julukan itu. Cowok ini lahir di tahun yang sama dengan Key, tepatnya 9 Desember. Minho adalah satu-satunya member yang ahli dalam bidang olahraga. Yep, apalagi sepak bola. Iyalah! Orang ayahnya aja pelatih sepak bola di korea. Jelas banget dia dari kecil udah ada urusan sama bola. Selain ahli olahraga, Minho ini cowok paling tinggi di SHINee. Tingginya sekitar 180 cm. Dulu Minho orangnya pendieeeeem banget. Tapi entah deh kalau sekarang, mungkin dia udah ketularan sama member lain yang sarap-sarap *apalagi Key. ^^*

Terakhir yang termuda yaitu Lee Taemin. Dia lahir 18 Juli 1993. Masih muda banget, kan?? Dia punya julukan Maknae Taemin. Ya karena dia memang yang termuda. Waktu pre debut, Taemin itu paling pendek diantara member lain, tapi sekarang tingginya sudah melebihi Jonghyun. Hal itu di karenakan dia sering minum susu setiap pagi. Wah,, bisa dicontoh itu buat yang pengen tambah tinggi. Taemin paling deket sama Key, seperti udah gue bilang mereka kayak ibu ma anak. Di SHINee dia menjadi lead dance. Karena itu keahliannya. Keren banget deh dance-nya. Gerakan-gerakan buat setiap lagu bisa juga hampir semua ide dari Maknae ini.

Well, sekian tentang SHINee. Moga kalian suka khususnya buat para penggemar SHINee a.k.a Shawol *SHINee World*. Jangan bosen-bosen view page gue yak! Keep in touch, bye bye!

Selasa, 28 Desember 2010

Only One

Di sebuah taman di suatu perumahan. Seorang cowok berbaju dengan nomor punggung 7 dan tertera nama Rangga berdiri mematung memandang bola basket yang ada di tangannya. Bola itu hendak ia masukkan ke dalam ring di hadapannya yang menjulang tinggi. Rangga bersiap-siap memasukkannya dan hop! Bola itu masuk dengan sempurna.

Tak jauh dari tempat Rangga berdiri, terdengar suara tepuk tangan yang mungil. Ia sudah tahu suara tepukan siapa itu. Siapa lagi kalau bukan Rima, pacarnya yang selalu mengerti keadaannya. Rangga sangat menyayangi ceweknya itu. Tubuhnya yang mungil terlihat sangat kecil di mata Rangga. Apalagi tinggi Rangga yang hampir mencapai 180 cm.

“Hai, Sayang...,” sapa Rangga tanpa menghampiri Rima. Ia tetap masih berkonsentrasi dengan permainan basketnya.

“Ga, aku mau ngomong serius.”

Rangga tetap masih bermain dengan bolanya. “Ngomong aja lagi, Rim.”

“Bahkan aku mau ngomong serius aja kamu masih tetep berkutat sama bola itu,” ujar Rima sedikit membentak.

Rangga tersentak lalu ia membiarkan bola basket –yang hampir saja masuk dalam ring dengan mulus– membentur mulut ring dengan sukses. Ia berlari kecil menghampiri Rima yang memandangnya dengan sinis. Cowok jangkung itu lalu berjongkok di depan Rima dan menggenggam kedua jemari ceweknya yang mungil. “Ada apa, sih? Kok kayaknya serius banget?”

Rima menyunggingkan seulas senyum termanisnya. Tak lupa lesung pipi di pipi kirinya juga ia perlihatkan. “Ga, aku tau udah waktunya kamu berjuang buat sekolah. Saat ini banyak pertandingan di sana-sini, kan? Karena itu, aku nggak pengen ganggu konsentrasi kamu. Aku pengen kamu berjuang dan berusaha bareng tim kamu. Apalagi kamu sebagai kapten. Aku nggak pengen konsentrasimu itu terpecah,” tutur Rima lembut lalu ia mengambil napas panjang, “Kita putus!” tandas Rima. Melihat cowok di depannya tidak bereaksi, Rima melepaskan genggaman tangan Rangga. Ia bersiap untuk berdiri dan meninggalkan Rangga.

Rangga berdiri. Ia menatap kedua manik mata di hadapannya dengan tajam. Resiko yang harus Rima hadapi adalah kemarahan Rangga. Ketika cowok itu memang benar-benar marah, ia bisa saja bertindak barbar dan semaunya. Tapi di depan Rima, baru kali ini Rangga bersikap begitu dingin dengan dirinya.

“Apa kamu bilang? Putus? Rima... Tolong katakan kalau ini cuma mimpi.” Tatapan Rangga berubah melunak. Ia meraih kedua tangan Rima lagi. “Rima, kenapa kamu seolah ngasih aku pilihan yang berat?”

“Karena memang hanya itu pilihannya. Nggak ada lain. Ini yang terbaik buat kita.” Rima meninggalkan Rangga dengan cepat. Cewek itu menangis sambil berlari. Rangga tahu sebenarnya Rima nggak ingin semua ini terjadi. Dia pasti juga terpaksa.

“RIMAAAAAAAAAAAA!!!” seru Rangga. Ia membanting bola basket sekencang-kencangnya.

Splash! Segelas air putih mendarat di wajah Rangga. “Diem goblok!”

“SIAPA SIH YANG NYIRAM AIR?” geram Rangga tanpa sadar. Ia terbangun dari tidurnya. Melihat sekeliling membuat Rangga tersenyum kecut. Ternyata tadi cuma mimpi. Sekarang yang di hadapannya adalah gorila-gorila berbau keringat. Termasuk dirinya.

“Lo kenapa? Kok tadi teriak-teriak gitu? Mimpiin Rima ya? Pasti mimpi jorok tuh! Hayo ngaku lo...,” ledek salah satu temannya.

“Gue mimpi buruk tau! Sial,” gerutu Rangga. “Hooaaahhhmm...,” Rangga mengulet dengan kerasnya.

“Salah sendiri siang-siang bolong gini enak-enakan tidur. Kita dari tadi latihan gini, eh kaptennya malah mimpi!”

“Oke deh, kalo gitu kita latihan. Ayo! Pertandingan tinggal nunggu hari kok.” Rangga bangkit dan mengambil bola basket di tengah lapangan.

“Nggak deh! Lo sendiri aja. Kita mau ke kantin dulu. Daaaahhh...”

Dengan santainya anak-anak yang berlatih basket kini meninggalkan Rangga sendiri di tengah lapangan indoor. Saat mereka hendak keluar, Rima datang masuk. Mereka dengan hormat memberi salam dan senyum manis mereka. Dasar anak buah yang buruk! Sama kaptennya nggak hormat tapi sama pacar kaptennya malah hormat banget.

Tiba-tiba Rangga merasakan de javu. Ia mencoba mengingat-ingat apakah ada kejadian serupa yang pernah terjadi. Frustasi karena tidak menemukan petunjuk, ia mencoba untuk menoleh kearah Rima sekilas. Gadis itu masih mengobrol dengan anak-anak basket.

“Ah!” Rangga tersentak ketika ia mulai mengingat sesuatu. Bola basket yang ada ditangannya ia pegang dengan gemetar. Bersamaan dengan Rima yang berjalan kearah Rangga, ia melempar bola itu ke dalam ring basket. Semua pun terjadi dengan sangat cepat. Persis seperti mimpinya tadi namun dengan latar tempat yang berbeda. Semua yang ada di dalam mimpinya benar-benar terjadi. Tanpa bisa Rangga mengerti, Rima mengatakan hal yang hampir serupa dengan yang ada di dalam mimpi Rangga. Sungguh ajaib! Namun keajaiban itu menjadi mimpi buruk bagi Rangga! Mimpi buruk di siang hari ini!

“Rima... Rimaaaaa!!!” seru Rangga ketika gadis itu berlari tanpa memedulikan dirinya. Bahkan menoleh sekalipun tidak. Rangga membanting bola basket yang ada di sekitarnya kearah tribun penonton. Lemparan bola terakhirnya secara tidak sengaja mengarah ke pintu masuk dan hampir saja mengenai kepala pelatih Rangga. Pelatihnya sontak kaget dan memandang tajam kearah Rangga.

Rangga menghampiri Pak Andre, pelatihnya. Pak Andre tersenyum karena mengira Rangga akan meminta maaf akan perbuatannya tadi. Tapi ternyata di luar dugaannya. Rangga justru memperburuk suasana hati Pak Andre. “Maaf, Pak! Saya tidak bisa mengikuti latihan hari ini. Permisi.” Setelah berbicara begitu dengan sang pelatih, Rangga pergi begitu saja tanpa mengepak barang-barangnya.

Beberapa hari kemudian, Rangga sudah kembali seperti biasa. Konsentrasinya sudah sepenuhnya terfokus pada basket, basket, dan basket. Sebelumnya ia belum melupakan Rima sepenuhnya. Ia masih sering teringat dengan gadis itu. Apalagi mereka masih sering bertemu dan sesekali saling sapa. Tapi mereka benar-benar terlihat kikuk.

Hari ini adalah hari yang dinantikan oleh Rangga dan teman-teman satu timnya. Mereka telah siap untuk bertanding melawan SMA Daggo. Saat ini, mereka sedang melakukan pemanasan bersama tim dari sekolah lawan. Masing-masing dari tim telah mengenal satu sama lain. Mereka pun berteman cukup dekat. Hingga akhirnya Rangga mencium sesuatu yang buruk akan terjadi.

Rangga menoleh ke arah tribun penonton. Ia melihat sosok Rima disana. Tapi, tatapan Rima tidak menuju kearahnya namun kearah kapten tim basket SMA Daggo yang terkenal playboy. Rangga mencurigai pasti ada sesuatu antara mereka. Bahkan Shino, kapten itu menghampiri Rima di tribun dan mereka pergi ke luar dari tempat pertandingan. Tanpa sadar, tangan kanan Rangga mengepal. Tak lama, ia pergi menyusul keduanya.

Rangga menemukan Rima dan Shino sedang tertawa bahagia. Namun, ia mendapati sorot mata Rima yang tidak sebahagia saat ini. Tatapan matanya menyiratkan kesedihan dan ketakutan. Tiba-tiba Rangga menarik lengan Shino. Pemilik lengan tersebut terperangah dan melepaskan cekalan tangan Rangga.

“Apa-apaan lo, Ga?!” bentak Shino.

“Lo yang apa-apaan? Ngapain lo disini hah? Lo apain cewek gue?” seru Rangga dengan nada menantang. Seketika ia tersadar bahwa kata-katanya itu salah. Cewek gue? Aissh.. whatever!

“Cewek lo? Cewek lo? Hahahahaha...” Shino tertawa terbahak-bahak. Ia sampai mengeluarkan airmata karena terlalu over. “Nggak salah? Rima, jelasin ke pecundang itu!”

Rima tersentak. Ia memandang seseorang yang terlihat terluka di hadapannya. Mata Rangga menyorotkan bahwa ia sangat terluka. Merasa sangat terkhianati. “Rangga lo harus inget. Kita.. udah.. putus!” jelas Rima dengan penuh penekanan di setiap kata-katanya. Rima menelan ludah. Ia menunduk, tak berani menatap mata Rangga.

Buuaakk!!!

Bunyi itu terdengar sangat keras di telinga Rima. Seketika gadis itu mendongak dan melihat wajah Shino yang memar. “RANGGA!! Stop! Kurang ajar lo ya!” Rima berusaha untuk mengehentikan perbuatan bengis Rangga.

“Apa maksudmu ngelarang aku? Toh dia juga bukan siapa-siapa kamu, kan?” Rangga bertanya untuk memastikan.

“Shino itu cowok gue! Paham?”

Rangga menatap lurus ke manik mata Rima. Perkataan Rima tadi sungguh seperti suara guntur yang sangat keras. Sangat menyakitkan telinga dan hatinya. Rangga memandang kosong ke tanah dan saat ia mendongak, ia melihat Rima dan Shino telah pergi menjauhi mereka. “Rima, dia itu cowok brengsek! Rima!” panggil Rangga tanpa beranjak dari tempatnya. Sayang, Rima sama sekali tidak menoleh kearahnya. “Damn!” Rangga beranjak pergi dan memasuki tempat pertandingan basket yang akan dimulai sebentar lagi.

“Hei, Ga. Sini deh. Liat tuh anak-anak main basket. Kamu pasti juga pengen, kan?” tanya Rima lembut.

Rangga mendorong kursi rodanya mendekati jendela kamar. Ya! Dari sana ia melihat beberapa anak kecil bermain basket dengan riang. Tenpa sadar Rangga tersenyum. Ia lalu menatap Rima yang saat itu juga sedang menatap dirinya. Pandangan Rangga beralih pada piala kejuaraan sebulan lalu. Kejuaraan yang ia ikuti bersama teman-teman satu timnya. Kejuaraan yang mungkin akan menjadi yang terakhir baginya.

“Suatu saat kamu bisa main basket lagi kok. Percaya deh sama aku,” ujar Rima sambil berjongkok di hadapan Rangga.

“Aku nggak pernah nyesel kecelakaan waktu itu terjadi, Rim. Aku seneng kalau aku bisa main basket lagi. Tapi aku juga nggak sedih kalau memang aku nggak bisa sembuh seutuhnya. Semua udah diatur oleh Tuhan. Jadi aku tinggal turuti aja apa kehendak-Nya. Makasih ya, Rim selama ini udah jagain aku. Aku ngerepotin ya?”

Rima tertawa pelan. “Ngerepotin banget lagi! Tapi aku seneng kok bisa bantuin kamu. Makanya, karena aku dah capek-capek jaga gini, kamu harus berjuang oke? Janji!” Rima menjulurkan jari kelingking mungilnya ke hadapan Rangga. Rangga pun menyambutnya dengan senyum yang mengembang.

One For Me-SHINee

[JongHyun]
(Banggeum)
geunyeo jeonhwareul badgo saenggagi chammanha jyeosseo
(eojae)
saranghadeon aeinaegae beorimbadatdae
[Key]
(jigeum)
ulmeogideon geunyeol dalraejureo gajiman nan
(naeshim)
gibbeojineun maeumeul chameul suga eobtneundae
[Onew]
Nan inareul gidaryeosseo
Nae eoggaereul bilryeojumyeo
Nunmureul daggajugo

[All]
Geunyeoui eopae
Yongwonhi gyeotae
Nae jaril mandeuleo nogoseo
Chingu anin
Namjaro byeonhae
Seulpeumeun eobdorog
Jikeojul georago
Anajumyeo malhalgeoya

[Taemin]
(jeogi)
du mureupae godael pamidgoseo uneun geunyeo
[Onew]
(meonjeo)
jumeoniwi sonsugeon ggeonae geonnaejugoseo
[Minho]
(Ijeo!)
Ijhyeo jilgeoya nalmideo

[Key]
Geureohgae worohaejugo
(ijae) neomaneul barabwajul saram mannara haesseo
[Onew]
Ansseureoun geunyeo
Jiman geugae deoug yaebbo boyeo
[JongHyun]
Gieogo oneureun

[All]
Geunyeoui eopae
Yongwonhi gyeotae
Nae jaril mandeuleo nogoseo
Chingu anin
Namjaro byeonhae
Seulpeumeun eobdorog
Jikeojul georago
Anajumyeo malhalgeoya

[TaeMin]
Geutoreog geuryeo shigan geunyeo
[Key]
Nae pumae gidae olgoitjiman
[Minho]
Isungan naneun geunyeol wihan..
[Onew]
Joheun swil jariga dwaesseo
(like a blanket)
[JongHyun]
Bonyeonseo mideumeul
Jiwobeoril suitgae
Deumjighan namja dwilgeoya
You are the one for me

[All]
Geunyeoui eopae
Yongwonhi gyeotae
Nae jaril mandeuleo nogoseo
Chingu anin
Namjaro byeonhae
Seulpeumeun eobdorog
Jikeojul georago
Anajumyeo malhalgeoya

Geunyeo mamsogae
Jibeul jieullae
Nugudo busul sueobtdorog
sarangeuro
Apeumi bulgo
Nunmuri saeeodo
Muneojiji anhneun
Aju teunteunhan ansikcheoreol

[Minho]
Oh du beon dashineun noji anha
Haeeojin hu geunyeoga nareul chaja
Gidaryeo wadeon geunyeojanha
Pumae angyeo geudaereul matgyeo naman mideo
[Key]
Geu sarami ni gaseumae namgin sarangwi sangcheo
Micheo ijji mothal chueog jiwoga
Sarangeun sarangeuro ijhyeo jyeoga
Jaijae neowi yeopwi nareulbwa

===================================================

English Translation

[Jonghyun]
(Just now)
After getting her phone call, I had a lot of things to think about
(Yesterday)
She found out her boyfriend was cheating on her
[Key]
(Now)
She’s about to cry as I go to get her
(But in my heart)
I secretly can’t suppress my happiness
[Onew]
I’ve been waiting for this day
When I could lend her my shoulder
and wipe away her tears

[All]
I want to be by her side forever
Take place there as a man
Not a friend
I’ll hug her in my arms and look after her so she’s not sad
(I’m gonna tell her, yeah)

[Taemin]
Over there is the girl crying with her head down on her knees
[Onew]
(First)
I pull a handkercheif from my pocket and pass it over to her
[Minho]
“Forget it! You will forget it, (trust me.)”
[Key]
I comforted you
(Now) I said to meet someone who’ll only look at you
[Onew]
She was sorry she was crying pathetically, but she looked prettier like that
[Jonghyun]
I’m determined today…

[All]
I want to be by her side forever
Take place there as a man
Not a friend
I’ll hug her in my arms and look after her so she’s not sad
(I’m gonna tell her, yeah)

[Taemin]
The time has come
[Key]
Even though she’s on my chest crying
[Minho]
It’s the time I can
[Onew]
Become a comfortable place for her
(Like a blanket)
[Jonghyun]
I’ll become a man she can trust and forget everything else
You are the one for me!

[All]
I want to be by her side forever
Take place there as a man
Not a friend
I’ll hug her in my arms and look after her so she’s not sad
(I’m gonna tell her, yeah)

I want to make a house in her heart where no one can break
Pain is blowing at the love (the pain is blowing)
Even when the tears flood, it’ll be a strong house who’ll never fall down

[Minho]
Oh! I won’t ever let her go again
She looked at me after breaking up with her ex-boyfriend
I’ll hold the girl I’ve been waiting for in my arms.
Believe me, trust only me
[Key]
The love that he left in your heart is a scar.
Crazy, erase these unforgettable memories
Only love can erase past love; Let go
Now just look at me standing beside you.



THAT'S REALLY A GOOD SONG ^^

Kamis, 23 Desember 2010

helooooo... this time, I am going to tell you about my idol.. hope you like it too.. well,, check this out.
I like Shinee since I watched the video of 'Lucifer'. I thought it was very good song and music video (MV). From it, I searched so anything about shinee.. Okay, let's see the picture. hope you like it ^^





Rabu, 22 Desember 2010

Saengil Chukkaehamnida ^^

Saengil Chukkahamnid... sengil chukkaehamnida...
Aigoo.... today, december 23rd 2010..
beutiful day of me.. I like and like it. even though it's just like another day.. but, for e it is very ery special... ^^
anyone knows, just shut up!

well, saengil chukkaehmnida itu bahasa korea. itu digunakan ketika ada seseorang yang ulang tahun.. saengil chukkaehamnida.. ^^

by the way, ganti topik yuk! tau SHINee nggak? mungki sebagian orang tau, untuk mereka yang ngaku Shawol..
well, aku sukaaaaaaaaa banget sama mereka. Saranghae. apalagi salah satu personelnya yang namanya Kim Kibum alias 'Key' . dia tu orangnya asal jeplak menurutku. tapi gokiiiiiiil banget!! jadi pengen punya kakak kayak dia deh. soalnya kayaknya perhatian banget.
anyway, udah masuk nih, let's continue another time. Bye!!

keep in touch okay!

Selasa, 14 Desember 2010

1st post after test

haaaaaiiiiiiiiiii!! hai hai hai hai!!!
udah lama nih gue nggak nge-blog.. tau kenapa?? BELAJAR!! yup,, seminggu lalu gue semesteran, sekarang lagi classmeeting ama nunggu hasilnya.. doain ya moga bagus! amin..
by the way, gue pengen bahas something lagi nih. apa ya? kok gue jadi mendadak lupa gini? hadeehh..
oh! gue inget. well, kita mulai aja gimana?

once upon a time, there was a girl that lived happily with her bestfriends.. but, suddenly, there was something made her angry..
gue nggak bercanda sama kalimat gue yang diatas. swear! jadi, ada seseorang, sebut aja Mia. dia temen gue. orangnya baik banget sama semua orang. tapi, orang-orang nggak pernah tau bahwa sesungguhnya dia punya masalah yang cukup berat dihidupnya. dia peduli sama semua orang, tapi dia justru nggak peduli sama hidupnya. dia pernah bilang ke gue kalo dia pengen pergi dari dunia ini. tapi dia nggak tahu gimana caranya. masalahnya nggak cuma seputar cinta, persahabatan, blah..blah..blah. tapi bener-bener berat. gue aja nggak bisa bayangin gimana jadi sosok Mia yang hebat dan cukup tegar buat nutupin semua masalahnya itu.
well, salah satu masalahnya itu hampir mirip sama *seseorang* -buat yang mudeng, pasti ngerti mirip sama siapa-. jadi, dia tu sayang banget sama seseorang, Rio. dia juga punya satu temen baik yang sebenernya dia sayang banget sama dia, tapi beberapa hari ini dia nyakitin hati Mia. gini, sahabat Mia, sebut aja Mita itu cukup deket sama Rio. mia suka iri kok kayaknya Rio lebih deket samaMita. terkadang, Mia juga jeles akan hal itu. apa dia salah? nggak kan?
Mia bukan tipe orang yang bakal terang"an ngomong "Hei! gue ini sakit karena lo! tau??!" dia nggak pernah tega buat ngomong itu ke sahabatnya karena dia tau konsekuensi apa yang mungkin dia bakal alami.
dia takut nyakitin sahabatnya itu, tapi justru dia yang sakit mendem semua itu sendiri.
apa solusi terbaik buat dia, ya?? yang tau, bisa comment posting ini, ok? thanks.. :)

next topic, pernah nggak kalian ngerasa seseorang ngebuat kalian seneeeeeeng banget sampai melambung tinggi di angkasa, tapi pada saat itu juga dia ngebanting kalian ke tanah dengan tiba-tiba. sakit? yup! dari beberapa orang yang gue survei, mereka pernah ngalamin itu, ada juga yang sering banget *kayak gue ini* ahahahay... rasanya gimana dong? jadi agak sebel, kan?? tapi gimana kalo saat itu juga dia ngelambungin kalian tinggi" lagi?? wah, badan kita jadi rasanya di ombang-ambingkan... huwaaaahh!!
memang, hidup itu unik, terkadang kita ada di atas, tapi pernah juga kita ada di bawah. kadang kita sakit, kadang juga kita bisa seneeeeeeeng banget.
tapi kalau itu sering? masa kita harus selalu siap" dengan semua itu? waspada gitu? wow! adakah orang yang bisa nerima semua dengan hati lapang dan tetep tersenyum lebar?? nggak.. nggak ada orang yang bisa. kita bukan Tuhan yang serba sempurna. inget! kita cuma manusia biasa kok. dan kita nggak akan pernah bisa memenghindar dari segala sesuatu yang direncanain oleh Tuhan. jadi inget aja, semua yang ada di hidup kita ini udah disusun oleh Tuhan. sakit dan seneng yang kita terima, itulah jalan yang Tuhan beri untuk kita. dan itulah jalan terbaik buat kita semuaaaaaa.. :D

Rabu, 29 Desember 2010

A.MI.Go!

“Cold heart baby... Cold eyes baby, let’s go!”

Suara musik sedikit beat menggema di aula sekolah. Seorang gadis sedang memperhatikan gerakan yang ada pada laptop miliknya. Rupanya dia sedang meniru gerakan dalam MV tersebut. Gadis itu mengamati dengan saksama tanpa kedipan. Lalu ia mengulang lagu tersebut dan menirukan gerakannnya. Luwes sekali. Ia bergerak dengan bebasnya seperti seorang penari yang handal.

Nama gadis itu Kia. Seorang gadis bertubuh lumayan tinggi yang sering menguncir kedua rambutnya seperti gadis desa. Ia memiliki tatapan mata tajam dan jernih. Namun sayangnya, mata indah itu ia sengaja lapisi dengan kacamata. Ya, dia memang sedikit rabun jauh akibat posisi membaca yang salah.

Ia tak punya satu teman dekat pun di sekolahnya. Kia tergolong orang yang pendiam tapi jika ada orang yang memintanya untuk menari, ia akan melakukannya dengan senang hati. Ia sangat suka menari. Bukan tarian tradisional tapi tarian modern. Ia sangat terinspirasi oleh boy band-boy band yang menjadi favoritnya. Tarian mereka sangatlah baik.

“Fuuuhh...,” gumamnya. Sepertinya ia mulai kelelahan. Keringat mengucur deras di pelipisnya. Ia melepas topi yang ia kenakan.

“Capek? Bagus juga gerakanmu...”

Kia sontak mencari sumber suara tersebut. Ia melihat tiga orang yang tidak ia kenal berdiri tak jauh darinya. Mereka tersenyum. Seseorang tiba-tiba menghampirinya dan memeluknya dari samping. Kia buru-buru menepis tangannya. Ia memang takut terhadap anak laki-laki. “Mau apa?”

“Kita juga bisa kok nge-dance. Mau kerjasama?” ujar salah seorang. Ia terlihat ramah. “Namaku Moz, dia Ray dan ini Gin. Kebetulan, kita juga lagi latihan dance yang di lagu ini. Gimana? Mau kerjasama?”

Kia menatap ketiga laki-laki itu. Ia menyembunyikan sorot ketakutannya. “Aku nggak kenal kalian,” setelah berkata itu, Kia memasukkan laptop dan handuknya ke dalam tas lalu pergi dari hadapan mereka.

***

“Heh cupu, ada yang nyari tuh! Orangnya galak-galak deh. Pasti lo ada masalah sama mereka, kan? Kasihan...,” ujar Miga, teman sekelas Kia yang tidak menyukainya. Kia berlalu dengan mulut bungkam.

“Oke, aku mau kerjasama dengan kalian. Tapi untuk apa kita kerjasama?” tanya Kia dengan polosnya ketika ia telah berhadapan dengan ketiga orang yang mendatanginya.

Moz dan Gin tertawa. Gin malah sampai mengeluarkan airmata. Hanya Ray yang tetap diam dan menyunggingkan sedikit senyum remeh. “Aduh, Kia... Kamu aneh. Ya nggak, Moz? Kia inget nggak kalau kamu pernah posting di page-mu kalau kamu pengen banget punya partner dalam menari dan suatu saat bisa ikut audisi terus bisa ngebuktiin ke temen-temen kamu kalau kamu ini bukan orang cupu yang hanya bisa diam saat semua orang mengolok-olok kamu. Inget? Baru-baru ini lagi kamu nge-post...”

Kia berusaha mengingatnya. Akhirnya ia teringat postingan terakhirnya sebelum ia sibuk berlatih dance ini. “Gimana kalian bisa tau?”

“Suatu saat lo pasti ngerti.” Ujar Ray yang baru berbicara saat ini sejak pertama mereka bertemu. Kia memandang Ray dengan curiga. Ia merasa familiar dengan mata Ray. Tatapan itu tajam, ramah namun bisa juga galak.

“Oke, aku terima. Kapan latihan bareng?”

“Pulang sekolah nanti. Bisa?” Moz memastikan. Sepertinya orang itu pimpinan dari ketiga orang itu. Terlihat dari cara bicaranya yang bossy. Tapi dia asyik juga. Nggak kayak Ray yang cuek bebek gitu. Gimana Moz sama Gin koordinasi ya sama orang kayak Ray?

“Well, oke. Kalian sekarang nggak sekolah?”

Gin menggeleng, “Bolos. Hehehe... Mending buat latihan kok daripada sekolah tapi cuma jadi bulan-bulanan guru.” Kia tertawa. Lalu ia melambaikan tangan karena bel telah berbunyi.

***

“Cold heart baby... Cold eyes baby, let’s go! Mannatda banhaetda
Keunyeo-ege banhaetda Cheoeum boneun sexy
.....” lagu yang sama terdengar mengalun di ruang latihan Moz dan kedua temannya. Sesuai kesepakatan, mereka bersama Kia berlatih seusai sekolah. Kia menyetujui tempat latihan mereka kali ini adalah tempat milik ketiga teman barunya. Biasanya, ia berlatih di aula sekolah. Tapi karena hari ini aula digunakan untuk latihan basket, maka Kia dengan senang hati mengikuti Moz, Gin dan Ray.

Selama perjalanan tadi, Kia merasa sudah sangat mengenal mereka bertiga. Ternyata Ray tidak secuek yang Kia kira. Tapi kenapa dia bersikap tidak peduli pada Kia? Padahal ia tidak seperti itu dengan kedua temannya. Aneh.

Tiba-tiba Kia teringat akan tadi sebelum mereka memulai latihan. Saat itu, Moz, Gin, dan Ray sedang bercakap-cakap saat Kia sedang mengganti pakaiannya di sebuah ruangan. Ia sedikit mendengar mereka sedang membicarakan seseorang yang ada hubungannya dengan Ray.

“Ray, lo suka sama dia, kan? Ngaku aja... Gue lihat cara lo mandang dia kok. Seperti sesuatu yang sangat berarti. Kayak permata gitu...”

“Diem deh, Gin. Rese...,” Ray tidak bisa menyembunyikan senyum saltingnya. Dia memang tidak bisa berbohong terhadap kedua temannya itu.

“Hei!” Kia terlonjak kaget ketika seseorang menepuk bahunya dengan satu sentakan. “Kok bengong? Bagian mana yang kamu nggak bisa? Tadi udah lihat gerakan kita, kan? Jangan bilang daritadi kamu bengong!” Gin berkata dengan cerewetnya.

Kia meringis. “Maaf...”

“Iiihh.. ketawa lagi dong! Lucu lho!” Moz spontan mengacak-acak rambut Kia.

“Guys, gue dapet selebaran ini dari temen gue. Ada audisi satu minggu lagi. Hadiahnya lumayan. Mau join?” tawar Ray yang tanpa menatap yang lain. Ia tetap membaca selebaran yang ada di tangannya. Karena tak ada jawaban dari ketiga anak lain, ia mendongak dan melihat apa yang mereka lakukan. Sepertinya mereka sedang berdiskusi. “Gimana?”

“Oke...,” seru ketiganya kompak.

“Sekarang, kita latihan yang serius. Ray, Gin ambil posisi. Kia, kamu dah hafal sebagian dari gerakannya, kan? Bagus. Kalau gitu, Kia kamu di samping Ray.”

Kia menoleh kaget ke arah Moz. “Aku depan? Tapi kan... aku sama sekali nggak bagus. Mending aku sama Gin aja gimana?

Gin menggeleng tegas. “Gini, Kia. Aku sih mau aja kalau kamu sama aku. Tapi kalau gitu, berarti kita ngubah gerakan. Itu justru bakal lama, kan? Jadi, kamu sama Ray aja. Oke? Nggak apa-apa kok. Ray itu anak yang baik sebenernya. Dia nggak bakal makan kamu.” Gin menghentikan perkataannya karena Ray melotot kepadanya.

Kia mengangguk. Latihan pun dimulai.

***

Hari yang mereka nanti akhirnya tiba. Dengan persiapan seadanya, mereka berangkat ke tempat audisi. Satu minggu adalah waktu yang lebih dari cukup untuk mempelajari gerakan mereka. Satu minggu juga merupakan waktu yang cukup untuk membina persahabatan mereka. Terbukti setelah satu minggu ini, mereka bertambah dekat satu sama lain termasuk Ray yang mulai terbuka dengan Kia. Sekarang Ray sudah bisa tertawa seperti biasa di depan Kia. Ia pernah juga sampai menggenggam tangan Kia saat gadis itu hampir terjatuh.

“Untung kita berangkat pagi banget. Nggak sia-sia nih dapet giliran ke lima,” ujar Moz yang mendapat giliran untuk melakukan pendaftaran sedangkan anak lain memilih tempat untuk mereka duduk.

“Gue grogi nih...”

“Nggak boleh grogi. Kita kan nggak pertama ini ikut audisi,” tandas Moz pada Ray.

Kia mengangguk-angguk. “Moz bener, Ray. Aku aja nggak grogi kok. Padahal ini baru pertama kalinya aku ikut audisi lho!”

Ray menoleh kearah Kia. Ia teringat betapa hebatnya gerakan Kia. Tubuhnya sangat lentur. Namun saat melakukan gerakan robot, tubuhnya bisa terlihat sangat kaku. Hebat sekali. “Ki, lo–eh, kamu tau nggak? Gerakan lo-kamu itu bagus banget!” Ray masih sedikit sulit untuk mengubah cara bicaranya agar lebih sopan. Tapi sudah sejak lima hari lalu, ia masih saja sulit untuk mengubahnya karena pada Moz dan Gin pun ia masih menggunakan ‘lo-gue’.

Kia terkekeh, “Udah, lo-gue juga nggak apa-apa kok, Ray. Aku sih nggak masalah. Temen-temen sekolahku juga gitu kok. Gerakan? Bukannya gerakannya itu sama semua, ya? Cara gerak maksudmu?” pertanyaan Kia langsung Ray jawab dengan anggukan. “Bagus? Makasih deh..”

“Eh, audisinya udah mulai. Siap, kan?” ujar Gin memecah keheningan yang tadi sempat tercipta. Ketiganya mengangguk. Mereka lalu menunggu giliran mereka.

***

Tiga minggu kemudian...

Sejak audisi yang membuat mereka bangga akan diri mereka, Moz, Ray, Gin, dan Kia bekerjasama untuk audisi-audisi lain. Walaupun mereka hanya mendapat juara kedua, mereka sangat bahagia dan itu juga sempat melejitkan nama mereka. Akhir-akhir ini, mereka tak sempat latihan karena kesibukan masing-masing. Moz yang memang telah memasuki perguruan tinggi sedang fokus pada tugas-tugas yang diberikan dosen. Ray, Gin, dan Kia sedang menempuh ujian semesteran di sekolah mereka masing-masing. Namun Kia dan Gin sering bertemu untuk belajar bersama karena mereka seumuran. Sedangkan Ray tidak bisa bergabung dengan mereka berdua karena ia setahun lebih tua dari Kia dan Gin.

Hari ini, tes sudah selesai. Ray memutuskan untuk menemui Kia. “Kia, ketemuan yuk! Di taman, oke? Nanti kita ketemu disana. Jam 4. Gue tunggu.”

Setelah sepuluh menit menunggu, akhirnya Kia datang dengan penampilan yang berbeda dari biasanya. Ia mengenakan rok selutut dan kemeja pendek. Rambutnya ia gerai. Ia juga melepas kacamatanya. Sangat cantik.

“Sori. Lama, ya? Tadi kakak gue lambat banget nyupirnya. Sori ya?”

Ray tersenyum. “Nggak apa-apa. Gimana tes lo? Hasilnya pasti bagus, kan?” Ray basa-basi.

“Ada yang bagus, ada juga yang jeblok. Habis waktu itu aku lagi males ngerjain jadi aku malah cari gerakan dance. Hahaha... Oh ya, kenapa ngajakin ketemuan? Bukannya besok kita udah latihan bareng? Kan bisa besok ketemu.”

Bukannya menjawab pertanyaan Kia, Ray justru bertanya sesuatu yang tidak Kia duga. “Lo tau apa arti kata ‘A.Mi.Go’ yang kita pakai buat dance?” Ray memandang kolam di depannya.

“Tau. Jika kamu mencintai seseorang dari kecantikannya saja, maka kamu akan menderita. Ya, kan? Memang kenapa?”

“Sebelumnya gue nggak pernah mandang lo sebagai cewek seperti sekarang ini. Gue suka gadis yang cantik. Gue pernah punya seseorang, gue sayang dia. Dia cewek yang dipuja-puja di sekolah. Gue bener-bener bangga punya dia. She is very beautiful. Tapi, ketika gue lagi sayang banget sama dia, tiba-tiba dia mutusin gue. Gue ngerasa menderita banget!”

Kia sama sekali tidak mengerti akan arah pembicaraan Ray. “Ehm, tapi sekarang udah nggak, kan?” tanya Kia iseng. Soalnya dia nggak tau lagi mau tanya apaan.

“Ki, gue... Gue nggak akan tertipu lagi sama kecantikan orang-orang di luar sana. Karena sekarang gue udah punya orang yang cantik banget hatinya. Orang itu elo... Mau nggak lo jadi cewek gue?” Ray menatap Kia dengan teduh. Ia tahu gadis di hadapannya salting.

“Aku?” tanya Kia kikuk. “Ah, nggak mungkin.” Kia mengibaskan tangannya yang seketika itu di raih oleh Ray.

“Lo nggak percaya?”

Kia menggeleng seketika. “Nggak.”

Ray yang mendengarnya terperangah. Dasar nih anak ngomong asal njeplak aja. Ray kontan sedikit down karena kejujuran Kia. “Apa yang bisa gue lakuin biar lo percaya?”

“Nyemplung kolam. Bisa?” tantang Kia.

Ray berpikir sejenak, ia segera melepas sepatunya.

“Eh, aku becanda, Ray. Oke aku percaya. Aku jawab nantian aja ya biar kamu penasaran. Tapi kalau sekarang kamu bisa ngejar aku, bakal aku jawab saat itu juga.”

Melihat Kia berlari terbirit-birit, Ray tersadar dan mengejar Kia sampai ia dapat. Benar-benar cewek itu unik banget. Sepertinya saat ini dia nggak salah jatuh cinta dengan gadis pendiam tapi ternyata gila itu.

*endendend*

SHINee ::Onew-Jonghyun-Key-Minho-Taemin::

Hei para K-pop lovers.....!! anyeong haseyo.. gue mau bahas tentang boy band yang beberapa hari lalu gue kasih liat fotonya. Yep! They are SHINee. Yuhuuuu!! Give applause. ^^ pertama-tama kita kenalan sama membernya yuk!

Mulai dari yang tertua yaitu Onew alias Lee Jinki. Julukannya yaitu Leader Onew. Dia lahir tanggal 14 Desember 1989. Umurnya sekarang 22 tahun di korea. Kenapa? Karena warga sana itu memang saat di kandungan juga dihitung, jadi selisih satu tahun dengan umur nasional. Kalau umur nasionalnya sih jelas 21 tahun. Menurut gue setelah gue liat dari kelakuan-kelakuannya waktu main di beberapa variety show, dia itu orang yang lucu. Bahkan kelakuannya itu masih kayak anak kecil. Wajahnya juga masih imut-imut gitu. Maka dari itu, member lain seneeeeng banget nggodain Onew. Tapi jangan salah, suara Onew itu bener-bener dah bagus amat. Sampai sekarang satu hal yang pengen banget gue pastiin ada nggak sih keluarga Onew yang dari China, soalnya matanya sipit banget. Apalagi kalau lagi ketawa, kayak nggak punya mata gitu.. hehehe.. piss Oppa!

Next, Jonghyun alias Kim Jonghyun. Dia punya julukan yaitu Bling bling Jonghyun. Dia member tertua kedua setelah Onew. Cowok kelahiran 8 April 1990 ini merupakan Lead Vocal dari SHINee. Gue akui, suaranya juga bagus. Apalagi kalau nada-nada tinggi gitu. Jonghyun termasuk orang yang humoris juga. Apalagi golongan darahnya AB *denger-denger orang yang golongan darah AB itu selera humornya tinggi dan nggilani*. Dia bersama member lain sering ngerjain Hyungnya itu. Menurut pandangan gue, dia itu tipe orang yang nyeplos apa adanya dengan tampang innocent tapi nggak begitu nyelekit. Beda banget sama Key!

Nah ini nih favorit gue. Key alias Kim Kibum. Cowok satu ini punya julukan Almighty Key. Oya, dia pakai nama panggung ‘key’ karena ada banyak orang dengan nama kim kibum. Apalagi ada anak Super Junior yang satu perusahaan dengan dia juga namanya Kim Kibum. Makanya dia ganti nama jadi key. Key lahir tanggal 23 September 1991. Dia termasuk member yang multitalented. Bisa ngerap, dance, suaranya juga nggak kalah bagus. Unik gitu deh! Dia adalah member yang jago masak. Tapi dia sebel kalau nyuci beras, soalnya pasti nggak pernah bisa bersih warnyanya *iyalah oppa emang gitu dari sononya*. Key suka banget sama yang namanya shopping apalagi sama mamanya. Menurut gue, Key adalah orang yang ngomongny asal njeplak, nyelekit tapi tampangnya itu innocent. Wah jahat! He says WHATEVER THE HELL he wants to say. Tapi nggak apa-apa gue tetep kagum sama dia, apalagi dia itu orang yang perhatian sama member lain, apalagi kalau sama Taemin. Udah kayak Ibu sama anak deh!

Choi Minho. Dia punya julukan Flaming Charisma Minho. Dia emang cakep banget sih. makanya dapet julukan itu. Cowok ini lahir di tahun yang sama dengan Key, tepatnya 9 Desember. Minho adalah satu-satunya member yang ahli dalam bidang olahraga. Yep, apalagi sepak bola. Iyalah! Orang ayahnya aja pelatih sepak bola di korea. Jelas banget dia dari kecil udah ada urusan sama bola. Selain ahli olahraga, Minho ini cowok paling tinggi di SHINee. Tingginya sekitar 180 cm. Dulu Minho orangnya pendieeeeem banget. Tapi entah deh kalau sekarang, mungkin dia udah ketularan sama member lain yang sarap-sarap *apalagi Key. ^^*

Terakhir yang termuda yaitu Lee Taemin. Dia lahir 18 Juli 1993. Masih muda banget, kan?? Dia punya julukan Maknae Taemin. Ya karena dia memang yang termuda. Waktu pre debut, Taemin itu paling pendek diantara member lain, tapi sekarang tingginya sudah melebihi Jonghyun. Hal itu di karenakan dia sering minum susu setiap pagi. Wah,, bisa dicontoh itu buat yang pengen tambah tinggi. Taemin paling deket sama Key, seperti udah gue bilang mereka kayak ibu ma anak. Di SHINee dia menjadi lead dance. Karena itu keahliannya. Keren banget deh dance-nya. Gerakan-gerakan buat setiap lagu bisa juga hampir semua ide dari Maknae ini.

Well, sekian tentang SHINee. Moga kalian suka khususnya buat para penggemar SHINee a.k.a Shawol *SHINee World*. Jangan bosen-bosen view page gue yak! Keep in touch, bye bye!

Selasa, 28 Desember 2010

Only One

Di sebuah taman di suatu perumahan. Seorang cowok berbaju dengan nomor punggung 7 dan tertera nama Rangga berdiri mematung memandang bola basket yang ada di tangannya. Bola itu hendak ia masukkan ke dalam ring di hadapannya yang menjulang tinggi. Rangga bersiap-siap memasukkannya dan hop! Bola itu masuk dengan sempurna.

Tak jauh dari tempat Rangga berdiri, terdengar suara tepuk tangan yang mungil. Ia sudah tahu suara tepukan siapa itu. Siapa lagi kalau bukan Rima, pacarnya yang selalu mengerti keadaannya. Rangga sangat menyayangi ceweknya itu. Tubuhnya yang mungil terlihat sangat kecil di mata Rangga. Apalagi tinggi Rangga yang hampir mencapai 180 cm.

“Hai, Sayang...,” sapa Rangga tanpa menghampiri Rima. Ia tetap masih berkonsentrasi dengan permainan basketnya.

“Ga, aku mau ngomong serius.”

Rangga tetap masih bermain dengan bolanya. “Ngomong aja lagi, Rim.”

“Bahkan aku mau ngomong serius aja kamu masih tetep berkutat sama bola itu,” ujar Rima sedikit membentak.

Rangga tersentak lalu ia membiarkan bola basket –yang hampir saja masuk dalam ring dengan mulus– membentur mulut ring dengan sukses. Ia berlari kecil menghampiri Rima yang memandangnya dengan sinis. Cowok jangkung itu lalu berjongkok di depan Rima dan menggenggam kedua jemari ceweknya yang mungil. “Ada apa, sih? Kok kayaknya serius banget?”

Rima menyunggingkan seulas senyum termanisnya. Tak lupa lesung pipi di pipi kirinya juga ia perlihatkan. “Ga, aku tau udah waktunya kamu berjuang buat sekolah. Saat ini banyak pertandingan di sana-sini, kan? Karena itu, aku nggak pengen ganggu konsentrasi kamu. Aku pengen kamu berjuang dan berusaha bareng tim kamu. Apalagi kamu sebagai kapten. Aku nggak pengen konsentrasimu itu terpecah,” tutur Rima lembut lalu ia mengambil napas panjang, “Kita putus!” tandas Rima. Melihat cowok di depannya tidak bereaksi, Rima melepaskan genggaman tangan Rangga. Ia bersiap untuk berdiri dan meninggalkan Rangga.

Rangga berdiri. Ia menatap kedua manik mata di hadapannya dengan tajam. Resiko yang harus Rima hadapi adalah kemarahan Rangga. Ketika cowok itu memang benar-benar marah, ia bisa saja bertindak barbar dan semaunya. Tapi di depan Rima, baru kali ini Rangga bersikap begitu dingin dengan dirinya.

“Apa kamu bilang? Putus? Rima... Tolong katakan kalau ini cuma mimpi.” Tatapan Rangga berubah melunak. Ia meraih kedua tangan Rima lagi. “Rima, kenapa kamu seolah ngasih aku pilihan yang berat?”

“Karena memang hanya itu pilihannya. Nggak ada lain. Ini yang terbaik buat kita.” Rima meninggalkan Rangga dengan cepat. Cewek itu menangis sambil berlari. Rangga tahu sebenarnya Rima nggak ingin semua ini terjadi. Dia pasti juga terpaksa.

“RIMAAAAAAAAAAAA!!!” seru Rangga. Ia membanting bola basket sekencang-kencangnya.

Splash! Segelas air putih mendarat di wajah Rangga. “Diem goblok!”

“SIAPA SIH YANG NYIRAM AIR?” geram Rangga tanpa sadar. Ia terbangun dari tidurnya. Melihat sekeliling membuat Rangga tersenyum kecut. Ternyata tadi cuma mimpi. Sekarang yang di hadapannya adalah gorila-gorila berbau keringat. Termasuk dirinya.

“Lo kenapa? Kok tadi teriak-teriak gitu? Mimpiin Rima ya? Pasti mimpi jorok tuh! Hayo ngaku lo...,” ledek salah satu temannya.

“Gue mimpi buruk tau! Sial,” gerutu Rangga. “Hooaaahhhmm...,” Rangga mengulet dengan kerasnya.

“Salah sendiri siang-siang bolong gini enak-enakan tidur. Kita dari tadi latihan gini, eh kaptennya malah mimpi!”

“Oke deh, kalo gitu kita latihan. Ayo! Pertandingan tinggal nunggu hari kok.” Rangga bangkit dan mengambil bola basket di tengah lapangan.

“Nggak deh! Lo sendiri aja. Kita mau ke kantin dulu. Daaaahhh...”

Dengan santainya anak-anak yang berlatih basket kini meninggalkan Rangga sendiri di tengah lapangan indoor. Saat mereka hendak keluar, Rima datang masuk. Mereka dengan hormat memberi salam dan senyum manis mereka. Dasar anak buah yang buruk! Sama kaptennya nggak hormat tapi sama pacar kaptennya malah hormat banget.

Tiba-tiba Rangga merasakan de javu. Ia mencoba mengingat-ingat apakah ada kejadian serupa yang pernah terjadi. Frustasi karena tidak menemukan petunjuk, ia mencoba untuk menoleh kearah Rima sekilas. Gadis itu masih mengobrol dengan anak-anak basket.

“Ah!” Rangga tersentak ketika ia mulai mengingat sesuatu. Bola basket yang ada ditangannya ia pegang dengan gemetar. Bersamaan dengan Rima yang berjalan kearah Rangga, ia melempar bola itu ke dalam ring basket. Semua pun terjadi dengan sangat cepat. Persis seperti mimpinya tadi namun dengan latar tempat yang berbeda. Semua yang ada di dalam mimpinya benar-benar terjadi. Tanpa bisa Rangga mengerti, Rima mengatakan hal yang hampir serupa dengan yang ada di dalam mimpi Rangga. Sungguh ajaib! Namun keajaiban itu menjadi mimpi buruk bagi Rangga! Mimpi buruk di siang hari ini!

“Rima... Rimaaaaa!!!” seru Rangga ketika gadis itu berlari tanpa memedulikan dirinya. Bahkan menoleh sekalipun tidak. Rangga membanting bola basket yang ada di sekitarnya kearah tribun penonton. Lemparan bola terakhirnya secara tidak sengaja mengarah ke pintu masuk dan hampir saja mengenai kepala pelatih Rangga. Pelatihnya sontak kaget dan memandang tajam kearah Rangga.

Rangga menghampiri Pak Andre, pelatihnya. Pak Andre tersenyum karena mengira Rangga akan meminta maaf akan perbuatannya tadi. Tapi ternyata di luar dugaannya. Rangga justru memperburuk suasana hati Pak Andre. “Maaf, Pak! Saya tidak bisa mengikuti latihan hari ini. Permisi.” Setelah berbicara begitu dengan sang pelatih, Rangga pergi begitu saja tanpa mengepak barang-barangnya.

Beberapa hari kemudian, Rangga sudah kembali seperti biasa. Konsentrasinya sudah sepenuhnya terfokus pada basket, basket, dan basket. Sebelumnya ia belum melupakan Rima sepenuhnya. Ia masih sering teringat dengan gadis itu. Apalagi mereka masih sering bertemu dan sesekali saling sapa. Tapi mereka benar-benar terlihat kikuk.

Hari ini adalah hari yang dinantikan oleh Rangga dan teman-teman satu timnya. Mereka telah siap untuk bertanding melawan SMA Daggo. Saat ini, mereka sedang melakukan pemanasan bersama tim dari sekolah lawan. Masing-masing dari tim telah mengenal satu sama lain. Mereka pun berteman cukup dekat. Hingga akhirnya Rangga mencium sesuatu yang buruk akan terjadi.

Rangga menoleh ke arah tribun penonton. Ia melihat sosok Rima disana. Tapi, tatapan Rima tidak menuju kearahnya namun kearah kapten tim basket SMA Daggo yang terkenal playboy. Rangga mencurigai pasti ada sesuatu antara mereka. Bahkan Shino, kapten itu menghampiri Rima di tribun dan mereka pergi ke luar dari tempat pertandingan. Tanpa sadar, tangan kanan Rangga mengepal. Tak lama, ia pergi menyusul keduanya.

Rangga menemukan Rima dan Shino sedang tertawa bahagia. Namun, ia mendapati sorot mata Rima yang tidak sebahagia saat ini. Tatapan matanya menyiratkan kesedihan dan ketakutan. Tiba-tiba Rangga menarik lengan Shino. Pemilik lengan tersebut terperangah dan melepaskan cekalan tangan Rangga.

“Apa-apaan lo, Ga?!” bentak Shino.

“Lo yang apa-apaan? Ngapain lo disini hah? Lo apain cewek gue?” seru Rangga dengan nada menantang. Seketika ia tersadar bahwa kata-katanya itu salah. Cewek gue? Aissh.. whatever!

“Cewek lo? Cewek lo? Hahahahaha...” Shino tertawa terbahak-bahak. Ia sampai mengeluarkan airmata karena terlalu over. “Nggak salah? Rima, jelasin ke pecundang itu!”

Rima tersentak. Ia memandang seseorang yang terlihat terluka di hadapannya. Mata Rangga menyorotkan bahwa ia sangat terluka. Merasa sangat terkhianati. “Rangga lo harus inget. Kita.. udah.. putus!” jelas Rima dengan penuh penekanan di setiap kata-katanya. Rima menelan ludah. Ia menunduk, tak berani menatap mata Rangga.

Buuaakk!!!

Bunyi itu terdengar sangat keras di telinga Rima. Seketika gadis itu mendongak dan melihat wajah Shino yang memar. “RANGGA!! Stop! Kurang ajar lo ya!” Rima berusaha untuk mengehentikan perbuatan bengis Rangga.

“Apa maksudmu ngelarang aku? Toh dia juga bukan siapa-siapa kamu, kan?” Rangga bertanya untuk memastikan.

“Shino itu cowok gue! Paham?”

Rangga menatap lurus ke manik mata Rima. Perkataan Rima tadi sungguh seperti suara guntur yang sangat keras. Sangat menyakitkan telinga dan hatinya. Rangga memandang kosong ke tanah dan saat ia mendongak, ia melihat Rima dan Shino telah pergi menjauhi mereka. “Rima, dia itu cowok brengsek! Rima!” panggil Rangga tanpa beranjak dari tempatnya. Sayang, Rima sama sekali tidak menoleh kearahnya. “Damn!” Rangga beranjak pergi dan memasuki tempat pertandingan basket yang akan dimulai sebentar lagi.

“Hei, Ga. Sini deh. Liat tuh anak-anak main basket. Kamu pasti juga pengen, kan?” tanya Rima lembut.

Rangga mendorong kursi rodanya mendekati jendela kamar. Ya! Dari sana ia melihat beberapa anak kecil bermain basket dengan riang. Tenpa sadar Rangga tersenyum. Ia lalu menatap Rima yang saat itu juga sedang menatap dirinya. Pandangan Rangga beralih pada piala kejuaraan sebulan lalu. Kejuaraan yang ia ikuti bersama teman-teman satu timnya. Kejuaraan yang mungkin akan menjadi yang terakhir baginya.

“Suatu saat kamu bisa main basket lagi kok. Percaya deh sama aku,” ujar Rima sambil berjongkok di hadapan Rangga.

“Aku nggak pernah nyesel kecelakaan waktu itu terjadi, Rim. Aku seneng kalau aku bisa main basket lagi. Tapi aku juga nggak sedih kalau memang aku nggak bisa sembuh seutuhnya. Semua udah diatur oleh Tuhan. Jadi aku tinggal turuti aja apa kehendak-Nya. Makasih ya, Rim selama ini udah jagain aku. Aku ngerepotin ya?”

Rima tertawa pelan. “Ngerepotin banget lagi! Tapi aku seneng kok bisa bantuin kamu. Makanya, karena aku dah capek-capek jaga gini, kamu harus berjuang oke? Janji!” Rima menjulurkan jari kelingking mungilnya ke hadapan Rangga. Rangga pun menyambutnya dengan senyum yang mengembang.

One For Me-SHINee

[JongHyun]
(Banggeum)
geunyeo jeonhwareul badgo saenggagi chammanha jyeosseo
(eojae)
saranghadeon aeinaegae beorimbadatdae
[Key]
(jigeum)
ulmeogideon geunyeol dalraejureo gajiman nan
(naeshim)
gibbeojineun maeumeul chameul suga eobtneundae
[Onew]
Nan inareul gidaryeosseo
Nae eoggaereul bilryeojumyeo
Nunmureul daggajugo

[All]
Geunyeoui eopae
Yongwonhi gyeotae
Nae jaril mandeuleo nogoseo
Chingu anin
Namjaro byeonhae
Seulpeumeun eobdorog
Jikeojul georago
Anajumyeo malhalgeoya

[Taemin]
(jeogi)
du mureupae godael pamidgoseo uneun geunyeo
[Onew]
(meonjeo)
jumeoniwi sonsugeon ggeonae geonnaejugoseo
[Minho]
(Ijeo!)
Ijhyeo jilgeoya nalmideo

[Key]
Geureohgae worohaejugo
(ijae) neomaneul barabwajul saram mannara haesseo
[Onew]
Ansseureoun geunyeo
Jiman geugae deoug yaebbo boyeo
[JongHyun]
Gieogo oneureun

[All]
Geunyeoui eopae
Yongwonhi gyeotae
Nae jaril mandeuleo nogoseo
Chingu anin
Namjaro byeonhae
Seulpeumeun eobdorog
Jikeojul georago
Anajumyeo malhalgeoya

[TaeMin]
Geutoreog geuryeo shigan geunyeo
[Key]
Nae pumae gidae olgoitjiman
[Minho]
Isungan naneun geunyeol wihan..
[Onew]
Joheun swil jariga dwaesseo
(like a blanket)
[JongHyun]
Bonyeonseo mideumeul
Jiwobeoril suitgae
Deumjighan namja dwilgeoya
You are the one for me

[All]
Geunyeoui eopae
Yongwonhi gyeotae
Nae jaril mandeuleo nogoseo
Chingu anin
Namjaro byeonhae
Seulpeumeun eobdorog
Jikeojul georago
Anajumyeo malhalgeoya

Geunyeo mamsogae
Jibeul jieullae
Nugudo busul sueobtdorog
sarangeuro
Apeumi bulgo
Nunmuri saeeodo
Muneojiji anhneun
Aju teunteunhan ansikcheoreol

[Minho]
Oh du beon dashineun noji anha
Haeeojin hu geunyeoga nareul chaja
Gidaryeo wadeon geunyeojanha
Pumae angyeo geudaereul matgyeo naman mideo
[Key]
Geu sarami ni gaseumae namgin sarangwi sangcheo
Micheo ijji mothal chueog jiwoga
Sarangeun sarangeuro ijhyeo jyeoga
Jaijae neowi yeopwi nareulbwa

===================================================

English Translation

[Jonghyun]
(Just now)
After getting her phone call, I had a lot of things to think about
(Yesterday)
She found out her boyfriend was cheating on her
[Key]
(Now)
She’s about to cry as I go to get her
(But in my heart)
I secretly can’t suppress my happiness
[Onew]
I’ve been waiting for this day
When I could lend her my shoulder
and wipe away her tears

[All]
I want to be by her side forever
Take place there as a man
Not a friend
I’ll hug her in my arms and look after her so she’s not sad
(I’m gonna tell her, yeah)

[Taemin]
Over there is the girl crying with her head down on her knees
[Onew]
(First)
I pull a handkercheif from my pocket and pass it over to her
[Minho]
“Forget it! You will forget it, (trust me.)”
[Key]
I comforted you
(Now) I said to meet someone who’ll only look at you
[Onew]
She was sorry she was crying pathetically, but she looked prettier like that
[Jonghyun]
I’m determined today…

[All]
I want to be by her side forever
Take place there as a man
Not a friend
I’ll hug her in my arms and look after her so she’s not sad
(I’m gonna tell her, yeah)

[Taemin]
The time has come
[Key]
Even though she’s on my chest crying
[Minho]
It’s the time I can
[Onew]
Become a comfortable place for her
(Like a blanket)
[Jonghyun]
I’ll become a man she can trust and forget everything else
You are the one for me!

[All]
I want to be by her side forever
Take place there as a man
Not a friend
I’ll hug her in my arms and look after her so she’s not sad
(I’m gonna tell her, yeah)

I want to make a house in her heart where no one can break
Pain is blowing at the love (the pain is blowing)
Even when the tears flood, it’ll be a strong house who’ll never fall down

[Minho]
Oh! I won’t ever let her go again
She looked at me after breaking up with her ex-boyfriend
I’ll hold the girl I’ve been waiting for in my arms.
Believe me, trust only me
[Key]
The love that he left in your heart is a scar.
Crazy, erase these unforgettable memories
Only love can erase past love; Let go
Now just look at me standing beside you.



THAT'S REALLY A GOOD SONG ^^

Kamis, 23 Desember 2010

helooooo... this time, I am going to tell you about my idol.. hope you like it too.. well,, check this out.
I like Shinee since I watched the video of 'Lucifer'. I thought it was very good song and music video (MV). From it, I searched so anything about shinee.. Okay, let's see the picture. hope you like it ^^





Rabu, 22 Desember 2010

Saengil Chukkaehamnida ^^

Saengil Chukkahamnid... sengil chukkaehamnida...
Aigoo.... today, december 23rd 2010..
beutiful day of me.. I like and like it. even though it's just like another day.. but, for e it is very ery special... ^^
anyone knows, just shut up!

well, saengil chukkaehmnida itu bahasa korea. itu digunakan ketika ada seseorang yang ulang tahun.. saengil chukkaehamnida.. ^^

by the way, ganti topik yuk! tau SHINee nggak? mungki sebagian orang tau, untuk mereka yang ngaku Shawol..
well, aku sukaaaaaaaaa banget sama mereka. Saranghae. apalagi salah satu personelnya yang namanya Kim Kibum alias 'Key' . dia tu orangnya asal jeplak menurutku. tapi gokiiiiiiil banget!! jadi pengen punya kakak kayak dia deh. soalnya kayaknya perhatian banget.
anyway, udah masuk nih, let's continue another time. Bye!!

keep in touch okay!

Selasa, 14 Desember 2010

1st post after test

haaaaaiiiiiiiiiii!! hai hai hai hai!!!
udah lama nih gue nggak nge-blog.. tau kenapa?? BELAJAR!! yup,, seminggu lalu gue semesteran, sekarang lagi classmeeting ama nunggu hasilnya.. doain ya moga bagus! amin..
by the way, gue pengen bahas something lagi nih. apa ya? kok gue jadi mendadak lupa gini? hadeehh..
oh! gue inget. well, kita mulai aja gimana?

once upon a time, there was a girl that lived happily with her bestfriends.. but, suddenly, there was something made her angry..
gue nggak bercanda sama kalimat gue yang diatas. swear! jadi, ada seseorang, sebut aja Mia. dia temen gue. orangnya baik banget sama semua orang. tapi, orang-orang nggak pernah tau bahwa sesungguhnya dia punya masalah yang cukup berat dihidupnya. dia peduli sama semua orang, tapi dia justru nggak peduli sama hidupnya. dia pernah bilang ke gue kalo dia pengen pergi dari dunia ini. tapi dia nggak tahu gimana caranya. masalahnya nggak cuma seputar cinta, persahabatan, blah..blah..blah. tapi bener-bener berat. gue aja nggak bisa bayangin gimana jadi sosok Mia yang hebat dan cukup tegar buat nutupin semua masalahnya itu.
well, salah satu masalahnya itu hampir mirip sama *seseorang* -buat yang mudeng, pasti ngerti mirip sama siapa-. jadi, dia tu sayang banget sama seseorang, Rio. dia juga punya satu temen baik yang sebenernya dia sayang banget sama dia, tapi beberapa hari ini dia nyakitin hati Mia. gini, sahabat Mia, sebut aja Mita itu cukup deket sama Rio. mia suka iri kok kayaknya Rio lebih deket samaMita. terkadang, Mia juga jeles akan hal itu. apa dia salah? nggak kan?
Mia bukan tipe orang yang bakal terang"an ngomong "Hei! gue ini sakit karena lo! tau??!" dia nggak pernah tega buat ngomong itu ke sahabatnya karena dia tau konsekuensi apa yang mungkin dia bakal alami.
dia takut nyakitin sahabatnya itu, tapi justru dia yang sakit mendem semua itu sendiri.
apa solusi terbaik buat dia, ya?? yang tau, bisa comment posting ini, ok? thanks.. :)

next topic, pernah nggak kalian ngerasa seseorang ngebuat kalian seneeeeeeng banget sampai melambung tinggi di angkasa, tapi pada saat itu juga dia ngebanting kalian ke tanah dengan tiba-tiba. sakit? yup! dari beberapa orang yang gue survei, mereka pernah ngalamin itu, ada juga yang sering banget *kayak gue ini* ahahahay... rasanya gimana dong? jadi agak sebel, kan?? tapi gimana kalo saat itu juga dia ngelambungin kalian tinggi" lagi?? wah, badan kita jadi rasanya di ombang-ambingkan... huwaaaahh!!
memang, hidup itu unik, terkadang kita ada di atas, tapi pernah juga kita ada di bawah. kadang kita sakit, kadang juga kita bisa seneeeeeeeng banget.
tapi kalau itu sering? masa kita harus selalu siap" dengan semua itu? waspada gitu? wow! adakah orang yang bisa nerima semua dengan hati lapang dan tetep tersenyum lebar?? nggak.. nggak ada orang yang bisa. kita bukan Tuhan yang serba sempurna. inget! kita cuma manusia biasa kok. dan kita nggak akan pernah bisa memenghindar dari segala sesuatu yang direncanain oleh Tuhan. jadi inget aja, semua yang ada di hidup kita ini udah disusun oleh Tuhan. sakit dan seneng yang kita terima, itulah jalan yang Tuhan beri untuk kita. dan itulah jalan terbaik buat kita semuaaaaaa.. :D